Selamat Datang di My Blog Keep Smile

Jumat, 15 Juni 2012

DESKRIPSI TUMBUHAN PAKU DICUBAN TALUN


DESKRIPSI TUMBUHAN PAKU DICUBAN TALUN
Pendeskripsian ini sengaja dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah taksonomi tumbuhan tinggi II (TTT II).




Dosen Pengampu: Drs. Sulisetjono,M.Si

Disusun Oleh: Siti Mali’ah (10620107).


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012

Daftar isi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang.........................................................................................................1
1.2.Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II. METODE PENELITIAN
2.1. Wktu dan Tempat.................................................................................................3
BAB III.HASIL dan PEMBAHASAN
3.1. Foto spesimen......................................................................................................4
3.2. Lokasi....................................................................................................................5
3.3. Sistematika spesimen...........................................................................................5
3.4. Deskripsi...............................................................................................................6
3.5. Manfaat................................................................................................................7
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................8
4.2. Saran....................................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan  tingkat rendah karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus , serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakannya yang utama adalah spora. Jadi penempatan kelompok tumbuhan paku kedalam golongan tingkat rendah atau tinggi dapat berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Bila didasarkan atas macam alat perkembangbiakannya , maka sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah, namun apabila didasarkan atas ada atau tidaknya sistem pembuluh tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai tumbuhan tungkat tinggi, karena sudah mempunyai sistem pembuluh.


            Tumbuhan paku meskipun sudah mempunyai akar, batang dan daun, tetapi untuk yang primitif daunnya masih sangat sederhana, belum mempunyai lamina dan masih dinamakan mikrofil. Anggota dari pteridophyta  mempunyai habitus yang sangat heterogen, dari yang berukuran kecil  sampai yang besar.
            Sebagai tumbuhan tingkat rendah, pteridophyta  sudah lebih maju dari pada bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospore.

1.2.Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengidentifikasi macam-macam tumbuhan paku yang ada di cuban talun.
2.    Untuk  mengetahui ciri-ciri dan karakteristik dari tumbuhan paku tersebut.
3.    Untuk mengetahui sistematika dari masing-masing spesies yang didapat.

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat
            Penelitian yang terkait dengan pendiskripsian tumbuhan paku kali ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 18- maret- 2012 yang bertempat di cuban talun daerah batu. Dan alat yang digunakan adalah alat sederhana yaitu kamera digital, pelastik, dan pissau.


















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Foto spesimen

Polypodium sp.

                              (gambar asli)

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f0/Polypodium_billardieri1.jpg/220px-Polypodium_billardieri1.jpg
               Anonimous.2012. (gambar literatur)








Adiantum sp.
                          (gambar asli)
Anonimous.2012.(gambar literatur)
3.1.Lokasi
Lokasi tumbuhan paku ini ditemukan di hutan cuban talun,di daerah yang agak lembab, karena daerah lembab merupakan tempat yang cocok untuk perkembangbiakan spora.
3.2.        Sistematika spesimen
Polypodium sp.

Kingdom: pelantae
     Divisi : pteridophyta
        Kelas: polypodiopsida
              Ordo : polypodiales
                  Famili: polypodiaceae
                      Genus : polypodium
                              Spesies: polypodiom sp.
                                                                        (Haufler, Christopher H.1993).


Adiantum  sp.
         
Kingdom:plantae
    Divisi : pteridophyta
        Kelas : pteridopsida
             Ordo : pteridiales
                    Famili: pteridiaceae(Adianteaceae )
                          Genus : Adiantum
                              Spesies : Adiantum sp.
  
                                                                 (Haufler, Christopher H.1993).

3.4. Deskripsi
3.2.1.    Polypodium sp
Polypodiaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales). Suku yang monofiletik ini merupakan suku dengan anggota jenis yang paling banyak dibandingkan dengan suku-suku tumbuhan paku lainnya, dengan lebih dari 60 marga dan merangkum sekitar 1000 jenis. Sejumlah suku yang biasanya dipisahkan sekarang digabungkan ke dalam suku ini, seperti Drynariaceae, Grammitidaceae, Gymnogrammitidaceae, Loxogrammaceae, Platyceriaceae, dan Pleurisoriopsidaceae.
a. Habitat
Habitat Polypodium sp. adalah epifit di tanah. Rimpang yang menjala di tanah. Atau batang pohon dan juga batu-batuan atau pada dinding yang sudah tua. Biasanya terdapat pada daerah pegunungan hutan basah (lembab). di daerah tropis dan sub tropis. Jenis ini sering terdapat di dekat sungai yang ternaung, di tempat terbuka di hutan.
b. Habitus
Polypodium sp. merupakan Pterydophyta yang memiliki perawakan herba tapi sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan agak keras.
c. Daun
Bangun daun pada Polypodium sp. yaitu linier bentuk ujungnya meruncing dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk pisau membedah dan simetris. Ukuran daunnya berupa isofil yakni mempunyai ukuran sama atau serupa, sektar kurang lebih 75 cm. Biasanya tangkai daun langsing, 0,5-2 mm. Warna daunnya hijau muda, tekstur daun pada Polypodium sp. berupa helaian, pada permukaan daunnya halus mempunyai ramenta.
Daun Polypodium sp.
Daun Polypodium sp. memiliki urat daun menyirip, tulang daunnya memiliki tipe makrofil, yakni tulang daunnya bercabang dari pangkal ke ujung.
Daun pada Polypodium glycyrriza ini memiliki tipe sporofil, karena terdapat spora yang digunakan sebagai reproduksi (perkembangbiakannya), jadi fungsi daun disini tidak hanya digunakan sebagai fotosintesis atau biasa disebut daun tropofil.
Daun Polypodium sp.sporofil)
Pada Polypodium sp. terdapat ental, yakni daun muda yang masih meggulung dan tangkai ental disebut stipe, hal ini untuk membedakan dari tangkai yang lainnya. Bagian pipih ental disebut lamina yang berbentuk menyirip. Tiap anak daun dari daun yang menyirip disebut sirip dan porosnya disebut rachis.
d. Batang
Batang paku-pakuan ini nampak dengan jelas berupa rimpang (batang saling mengait), bentuk batangnya bulat beralur dan berusuk secara longitudinal. Pada permukaan batangnya halus ramenta yakni terdapat rambut-rambut atau sisik berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Ukuran batang pada Polypodium glycyrriza berkisar antara 2-5 mm. Pada batang muda memiliki diameter berkisar 1,5-2 mm saja. Warna batangnya merah kecoklatan pada batang yang masih muda. Tetapi pada batang dewasanya dapat berwarna merah kecoklatan hingga kehitaman. Batangnya sudah memiliki berkas pengankut, tumbuh tegak, rimpang (batang saling mengait).
e. Akar
Akar Polypodium glycyrriza ini memiliki sistem perakaran serabut yang bercabang cabang secara dikotom. Karena spesies ini utmbuh di tanah (epifit). Akar-akar manis s tapi berserat dan tipis. Rhizomes berisi ostadin, sebuah senyawa steroid 3000 kali lebih manis dari pada sukrosa. Pesisir penduduk asli menggunakan rhizomes sebagai pemanis dan untuk mengobati penyakit tenggorokan.
f. Sori/ sorus
Polypodium sp.ini memiliki spora yang terletak di bagian ventral daun teratur berjajar di tengah dekat urat daun.
Spora pada daun Polypodium sp.
g. Siklus hidup
Dalam siklus hidup Pteridophyta juga terdapat pergantian generasi. Perkembangbiakan  Polypodium sp. sama dengan tumbuhan paku lainnya yaitu dengan menggunakan spora. Individu yang menghasilkan gamet disebut gametofit dan merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan membentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan (generasi) yang haploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk individu yang diploid dan diberi nama sporofit. Sporofit merupakan individu yang menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Jadi spora ini merupakan permulaan dasi generasi yang haploid. Dari spora ini akan dapat terbentuk protalium (protalus) melalui perkecambahan dari spora.
Polypodium adalah genus dari 75-100 spesies yang benar pakis , yang secara luas didistribusikan ke seluruh dunia, dengan keanekaragaman jenis tertinggi di daerah tropis.  Sori, ditanggung pada bagian belakang selebaran, adalah bulat dan telanjang seperti dalam Polypodium sp. Mereka terestrial atau epifit pakis, dengan, merayap padat berbulu atau bersisik rimpang bantalan daun pada interval sepanjang panjangnya . Spesies berbeda dalam ukuran dan penampilan umum dan karakter daun, yang selalu hijau, bertahan selama 1-2 tahun, menyirip atau pinnatifid (jarang sederhana seluruh), dan 10-80 cm atau lebih lama. Deskripsi Rimpang: merambat, bercabang, lilin putih, untuk diameter 5mm, sisik lanset, merah coklat, sampai 16 mm. 30 cm tinggi 12 cm lebar, musim panas tidak aktif, daun baru akhir musim panas, monomorfik, pisau / Stipe rasio: 2:1. 
Blade: pinnatifid, daun kecil berbentuk segitiga, yang lebih besar luas oval, kasar atau herba, berwarna hijau pucat atau kuning-hijau di gundul terbuka, pertengahan hijau di tempat teduh, 9 sampai 18 pasangan, alternatif, pinnae terpanjang segera atas dasar, margin bergerigi; vena gratis, forking. Sori: oval ketika muda, putaran kemudian, diskrit, terlihat di permukaan atas, tengah antara margin dan pelepah, di bagian atas pisau, indusium: absen, sporangia: hijau awal, kemudian kuning; paraphyses ini, jatuh musim dingin- musim semi. 
Habitat Budaya: di atas batu berkapur, mortared dinding, kadang-kadang epifit pada pohon. Pada sori atau kelompok spora kasus ( sporangia ) ditanggung di belakang daun palem, mereka yang bulat dan telanjang, tidak ditutup dengan membran (indusium).
Polypodies memiliki beberapa digunakan dalam jamu , tetapi hari ini yang paling penting dalam hortikultura di mana beberapa spesies, hibrida, dan mereka kultivar seperti 'Gelombang Hijau' Polypodium biasanya digunakan sebagai tanaman hias untuk lokasi teduh. Polypodium memiliki rasa pahit-manis dan termasuk di antara agak sedikit pakis yang digunakan dalam memasak , dalam hal ini misalnya sebagai rempah-rempah untuk nougat. Beberapa bentuk spesies hibrida dengan spesies lain dalam genus, ini mungkin sering dibedakan dengan menjadi steril, dengan sangat kecil sori "buta".

Habitat :
Di alam, paku ini tumbuh ditempat terbuka dan kadang-kadang juga tumbuh di tempat terlindung dari sinar matahari. Di dataran rendah yang tidak terlalu kering. Tumbuhan paku ini hidup epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Tumbuhan paku ini sangat mudah dijumpai di kawasan hutan. Tumbuhan yang berkembang biak dengan spora ini dapat ditemui di berbagai macam habitat dan substrat (media tumbuh) mulai dari hutan bakau sampai tajuk pohon-pohon tinggi. Tumbuhan ini ada yang tumbuh di tanah (terestris), namun ada juga yang tumbuh sebagai epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Berdasarkan kemampuan tumbuh di lokasi dengan intensitas cahaya yang berbeda, tumbuhan paku terbagi menjadi dua kelompok yaitu tumbuhan daerah terbuka dan tumbuhan daerah ternaungi. Polypodium sp adalah beberapa contoh paku yang epifit di hutan yang memiliki tajuk cukup rapat.

Sistem reproduksi :
Sporangium : Tumbuhan paku ini bersifat homospora atau isospora (hanya menghasilkan satu macam spora), terletak pada sorrus di bawah daun. Spora yang jatuh berkembang menjadi prothalus yang mengandung organ kelamin jantan atau betina, sehingga dalam fertilisasinya perlu air (lingkungan yang basah), agar sperma bersilia dapat berenang menuju sel telur, karena itu tumbuhan paku banyak hidup di habitat tempat yang lembab penyebaran spora ke tempat-tempat baru dengan bantuan angin punya batang menempel pada pohon.
Gamet : generasi gametofit merupakan protalium berupa talus hijau berbentuk jatung, tipis dengan gametangia pada sisi bawah, hidup pada permukaan tanah. Terbagi atas anteridium ( gamet jantan ) dan arkegonium ( gamet betina). Paku ini termasuk homospora.

Siklus hidup :


Dalam siklus hidup Polypodium juga terdapat pergantian generasi. Prkembangbiakan Polypodium linnaeus sama dengan tumbuhan paku lainnya yaitu dengan menggunakan spora. Individu yang menghasilkan gamet disebut gametofit dan merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan membentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan (generasi) yang haploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk individu yang diploid dan diberi nama sporofit. Sporofit merupakan individu yang menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Jadi spora ini merupakan permulaan dasi generasi yang haploid. Dari spora ini akan dapat terbentuk protalium (protalus) melalui perkecambahan dari spora।.
3.4.2. Adiantum sp.
A.  Deskripsi dan Ciri-Ciri
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya.
Adiantum Sp hidup di tanah, hampir  semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat. Arah batang ke atas kemudian melengkung ke arah samping. Ketinggian tanaman mencapai 15 – 80 cm bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangya halus, ukuraya berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan monopodial.
Jenis daun pada Adiantum Sp adalah majemuk, tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis. Adiantum sp termasuk paku homospora atau menghasilkan satu jenis spora saja.
B.   Sruktur Tubuh Suplir

C.  Sporangium
Sporangium adalah bentukan tempat pembentukan spora, adapun perbanyakan generatif dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. sporangium pada Adiantum Sp terletak dibawah permukaan daun (dipinggir) teratur. Sorus (merupakan kluster-kluster atau kumpulan sporangium) berada di sisi bawah daun pada bagian tepi letaknya tersebar atau teratur dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus. Warna sporangiumnya yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Indisium yaitu membran penutup yang merupakan perkembangan dari epidermis bawah daun. Pada daun Adiantum Sp bentuk indisiumnya memanjang.
Skema spora,

D.  Reproduksi
Tumbuhan paku (paku suplir) bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina/ovum (gametangium betina/arkegonium). Reproduksi tumbuhan paku juga menunjukkan adanya pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan generasi sporafit (metagenesis). Pada tumbuhan paku (suplir) generasi sporafit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit yang terletak di daun atau batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n). Arkegonium menghasilkan satu ovum haploid dan anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagel yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n) dan embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya.
Adiantum Sp hidup di tanah, hampir  semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat, bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangya halus, ukuraya berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan monopodial.
Jenis daun pada Adiantum Sp adalah majemuk, tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis.
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina/ovum (gametangium betina/arkegonium)
SPORANGIUM
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora. terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain.
Daun paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang bebeda dengan daun tumbuh-tumbuhan lain sehingga biasa disebut ental. Ental pada Adiantum Sp bergulung melingkar, dimana pinula (anak daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip) bergerigi, bentuk bangun memanjang, bentuk ujungnya tumpul dan tepinya bergerigi.
Pada beberapa paku-pakuan Adiantum Sp selain ciri-ciri umum juga mempunyai cirri-ciri khusus, antara lain:
a.   Terdapat vernasi bergelung
b.   Tidak ada dimorfisme
c.   Tidak ada daun tereduksi
d.   Tidak ada daun sarang
e.   Tidak ada ligula
f.    Tidak ada daun daun penumpu (stipula)
Sporangium adalah bentukan tempat pembentukan spora, adapun perbanyakan generatif dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. sporangium pada Adiantum Sp terletak dibawah permukaan daun (dipinggir) teratur. Sorus berada dibawah permukaan daun letaknya tersebar atau teratur dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus. Warna sporangiumnya yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat. Indisium yaitu membran penutup yang merupakan perkembangan dari epidermis bawah daun. Pada daun Adiantum Sp bentuk indisiumnya memanjang.
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa.
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma.
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul.
3.5. Manfaat
Polypodium sp.
Polypodium sp. tumbuhan paku ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, dan dapat juga dkonsumsi debagai sayuran pada zaman dahulu tanaman ini djadikan sebagai bahan makan oleh masyarakat yang bertemapat tinggal di daerah pegunungan. Bukan hanya itu saja tumbuhan paku ini juga dapat di jadikan sebagai obat penyembuh sakit kepala yaitu dengan merebusnya dengan air yang mendidih, dan juga bisa juga diseduh dengan air hangat tapi tumbuhan pakunya harus dkeringkan terlebih dahuli.Polypodium linnaeus ini mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan kita, salah satunya sebagai bioindikator pencemaran, selain itu berfungsi sebagai antioksidan. Berdasarkan jurnal dari Muchtaridi (2009) yang telah dilakukan pengujian aktivitas antioksidan senyawa proantosianidin dari akar Polypodium linnaeus dan interaksinya dengan tokoferol secara in vitro diketahui mengandung proantosianidin yang belum dimanfaatkan secara umum sebagai antioksidan.
Dalam penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Bahorun et al.(1993) Menurutnya, proantosianidin dari Crataegus monogyna telah diketahui menghambat malondealdehida3. Kekuatan aktivitas antioksidan senyawa-senyawa sianidin termasuk proantosianidin sangat berhubungan erat dengan struktur senyawa tersebut.Umumnya, penangkapan radikal bebas atau aktivitas antioksidan tergantung pada posisi dan jumlah gugus hidoksil (-OH) aromatik yang merupakan penyumbang proton. Semakin banyak jumlah gugus aromatik-OH pada posisi yang aktif mendonasi proton, maka makin kuat aktivitasnya5 (Cai-Yizhong et al., 2003). Senyawa proantosianidin dari Polypodium sp.memilki gugus aromatik-OH yang banyak dan berada pada posisi yang memungkinkan untuk donasi proton pada radikal bebas.


Dalam kehidupan sehari-hari Polypodium sp. Digunakan sebagai tanaman hias, karena bentuk daunnya yang unik. Tumbuhan ini sering ditempatkan di beranda rumah atau ruangan yang masih memungkinkan cahaya matahari masuk, atau ditempatkan khusus pada taman-taman yang dinaungi atap plastik warna, sehingga tidak mendapat penyinaran matahari secara langsung. Bentuk daunnya yang indah, tangkai berwarna merah kecoklatan mengkilat dengan rumpun yang jarang, batangnya pendek dan tertanam di tanah.
Akar-akarnya yang manis tapi berserat dan tipis dan hampir tidak termakan,  akar  umumnya sangat menyenangkan karena oleh banyak penduduk asli suku Indian Amerika Utara sering digunakan sebagai appetiser, terutama untuk anak-anak yang tidak mau makan. Spesies ini juga digunakan sebagai bahan makanan, hanya digunakan ketika ada kekurangan makanan
Beberapa penduduk asli suku Indian Amerika Utara yang menggunakannya terutama sebagai pengobatan untuk berbagai keluhan dada (sakit dada, sesak napas dan VD), pengobatan batuk dan pilek, Hal ini  digunakan dalam herbalism modern. Rhizomes  menyebabkan pergantian, karminatif, haemostatic dan pektoral.  Akar yang di kunyah dapat digunakan sebagai pengobatan untuk sakit tenggorokan. Dapat juga digunakan sebagai teh dengan merebus tumbukan akar, dicampur dengan cemara jarum, dapat digunakan untuk mengobati campak. Batuk telah diobati dengan mengunyah dan menelan perlahan panggang dari rimpangnya.
3.5.2. Adiantum  sp
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul. Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.














BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
            Pengamatan mengenai pendiskripsian tumbuhan paku yang berada di hutan cuban talun, dapat disimpulkan bahwa tumbuhan paku yang ada disa adalah beraneka ragam, akan tetapi yang paling banyak ditemukan adalah dari  pteridophyta, salah satunya adalah Adiantum sp. dan polypodium sp.dan masih banyak jenis-jenis yang lain.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya.
Adiantum Sp hidup di tanah, hampir  semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat. Arah batang ke atas kemudian melengkung ke arah samping. Ketinggian tanaman mencapai 15 – 80 cm bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangya halus, ukuraya berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan monopodial.
Pada beberapa paku-pakuan Adiantum Sp selain ciri-ciri umum juga mempunyai cirri-ciri khusus, antara lain:
a.   Terdapat vernasi bergelung
b.   Tidak ada dimorfisme
c.   Tidak ada daun tereduksi
d.   Tidak ada daun sarang
e.   Tidak ada ligula
f.    Tidak ada daun daun penumpu (stipula)
Jenis daun pada Adiantum Sp adalah majemuk, tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis. Ental pada Adiantum Sp bergulung melingkar, dimana pinula (anak daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip) bergerigi, bentuk bangun memanjang, bentuk ujungnya tumpul dan tepinya bergerigi.
Polypodium sp. Habitat Polypodium sp. adalah epifit di tanah. Rimpang yang menjala di tanah. Atau batang pohon dan juga batu-batuan atau pada dinding yang sudah tua. Biasanya terdapat pada daerah pegunungan hutan basah (lembab). di daerah tropis dan sub tropis. Jenis ini sering terdapat di dekat sungai yang ternaung, di tempat terbuka di hutan. Polypodium sp. merupakan Pterydophyta yang memiliki perawakan herba tapi sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan agak keras.
Bangun daun pada Polypodium sp. yaitu linier bentuk ujungnya meruncing dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk pisau membedah dan simetris. Ukuran daunnya berupa isofil yakni mempunyai ukuran sama atau serupa, sektar kurang lebih 75 cm. Biasanya tangkai daun langsing, 0,5-2 mm. Warna daunnya hijau muda, tekstur daun pada Polypodium sp. berupa helaian, pada permukaan daunnya halus mempunyai ramenta. Daun  Polypodium sp. memiliki urat daun menyirip, tulang daunnya memiliki tipe makrofil, yakni tulang daunnya bercabang dari pangkal ke ujung.
Daun pada Polypodium sp. ini memiliki tipe sporofil, karena terdapat spora yang digunakan sebagai reproduksi (perkembangbiakannya), jadi fungsi daun disini tidak hanya digunakan sebagai fotosintesis atau biasa disebut daun tropofil. Pada Polypodium sp. terdapat ental, yakni daun muda yang masih meggulung dan tangkai ental disebut stipe, hal ini untuk membedakan dari tangkai yang lainnya. Bagian pipih ental disebut lamina yang berbentuk menyirip. Tiap anak daun dari daun yang menyirip disebut sirip dan porosnya disebut rachis.
Batang paku-pakuan ini nampak dengan jelas berupa rimpang (batang saling mengait), bentuk batangnya bulat beralur dan berusuk secara longitudinal. Pada permukaan batangnya halus ramenta yakni terdapat rambut-rambut atau sisik berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Ukuran batang pada Polypodium sp. berkisar antara 2-5 mm. Pada batang muda memiliki diameter berkisar 1,5-2 mm saja. Warna batangnya merah kecoklatan pada batang yang masih muda. Tetapi pada batang dewasanya dapat berwarna merah kecoklatan hingga kehitaman. Batangnya sudah memiliki berkas pengankut, tumbuh tegak, rimpang (batang saling mengait).
Akar Polypodium sp. ini memiliki sistem perakaran serabut yang bercabang cabang secara dikotom. Karena spesies ini utmbuh di tanah (epifit). Akar-akar manis s tapi berserat dan tipis. Rhizomes berisi ostadin, sebuah senyawa steroid 3000 kali lebih manis dari pada sukrosa. Pesisir penduduk asli menggunakan rhizomes sebagai pemanis dan untuk mengobati penyakit tenggorokan. Polypodium sp.ini memiliki spora yang terletak di bagian ventral daun teratur berjajar di tengah dekat urat daun.
Dalam siklus hidup Pteridophyta juga terdapat pergantian generasi. Perkembangbiakan  Polypodium sp. sama dengan tumbuhan paku lainnya yaitu dengan menggunakan spora. Individu yang menghasilkan gamet disebut gametofit dan merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan membentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan (generasi) yang haploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk individu yang diploid dan diberi nama sporofit. Sporofit merupakan individu yang menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Jadi spora ini merupakan permulaan dasi generasi yang haploid. Dari spora ini akan dapat terbentuk protalium (protalus) melalui perkecambahan dari spora.

           























DAFTAR PUSTAKA

Anonimous.2012. http://purnahabdiansyah.blogspot.com/ tgl akses 02- april- 2012
Hackle. 1999. Tumbuhan Paku. Bandung: CV. Duta Permana.
Pollunin, Nicholas. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Rifai, M.A. 2003. Kamus Biologi. Balai Pustaka. Jakarta
Sulisetjono.2011. Taksonomi  Tumbuhan Tinggi.Malang: jurusan biologi
Tjitrosoepomo, Gembong.2010. Taksonomi  Tumbuhan (spermatophyta). Yogyakarta : UGM Press







Tidak ada komentar:

Posting Komentar