DESKRIPSI TUMBUHAN PAKU DICUBAN TALUN
Pendeskripsian ini sengaja dilakukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah taksonomi tumbuhan tinggi II (TTT II).
Dosen Pengampu: Drs. Sulisetjono,M.Si
Disusun Oleh: Siti Mali’ah (10620107).
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
Daftar isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang.........................................................................................................1
1.2.Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II. METODE PENELITIAN
2.1. Wktu dan
Tempat.................................................................................................3
BAB III.HASIL dan PEMBAHASAN
3.1. Foto
spesimen......................................................................................................4
3.2.
Lokasi....................................................................................................................5
3.3. Sistematika
spesimen...........................................................................................5
3.4.
Deskripsi...............................................................................................................6
3.5.
Manfaat................................................................................................................7
BAB IV. PENUTUP
4.1.
Kesimpulan..........................................................................................................8
4.2.
Saran....................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat
digolongkan sebagai tumbuhan tingkat
rendah karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus , serta mempunyai
sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakannya
yang utama adalah spora. Jadi penempatan kelompok tumbuhan paku kedalam
golongan tingkat rendah atau tinggi dapat berbeda-beda tergantung sifat yang
digunakan sebagai dasar. Bila didasarkan atas macam alat perkembangbiakannya ,
maka sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah, namun apabila
didasarkan atas ada atau tidaknya sistem pembuluh tumbuhan paku dapat
digolongkan sebagai tumbuhan tungkat tinggi, karena sudah mempunyai sistem
pembuluh.
Tumbuhan
paku meskipun sudah mempunyai akar, batang dan daun, tetapi untuk yang primitif
daunnya masih sangat sederhana, belum mempunyai lamina dan masih dinamakan
mikrofil. Anggota dari pteridophyta
mempunyai habitus yang sangat heterogen, dari yang berukuran kecil sampai yang besar.
Sebagai
tumbuhan tingkat rendah, pteridophyta
sudah lebih maju dari pada bryophyta sebab sudah ada sistem pembuluh,
sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan
sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospore.
1.2.Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengidentifikasi
macam-macam tumbuhan paku yang ada di cuban talun.
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri dan karakteristik dari
tumbuhan paku tersebut.
3.
Untuk mengetahui
sistematika dari masing-masing spesies yang didapat.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat
Penelitian
yang terkait dengan pendiskripsian tumbuhan paku kali ini dilaksanakan pada
hari minggu tanggal 18- maret- 2012 yang bertempat di cuban talun daerah batu.
Dan alat yang digunakan adalah alat sederhana yaitu kamera digital, pelastik,
dan pissau.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Foto spesimen
Polypodium sp.
(gambar asli)
Anonimous.2012. (gambar literatur)
Adiantum sp.
(gambar asli)
Anonimous.2012.(gambar literatur)
3.1.Lokasi
Lokasi tumbuhan paku ini ditemukan di
hutan cuban talun,di daerah yang agak lembab, karena daerah lembab merupakan
tempat yang cocok untuk perkembangbiakan spora.
3.2.
Sistematika spesimen
Polypodium sp.
Kingdom: pelantae
Divisi : pteridophyta
Kelas: polypodiopsida
Ordo :
polypodiales
Famili:
polypodiaceae
Genus :
polypodium
Spesies: polypodiom sp.
(Haufler, Christopher H.1993).
Adiantum sp.
Kingdom:plantae
Divisi
: pteridophyta
Kelas
: pteridopsida
Ordo :
pteridiales
Famili:
pteridiaceae(Adianteaceae )
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum sp.
(Haufler, Christopher H.1993).
3.4.
Deskripsi
3.2.1. Polypodium sp
Polypodiaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati
yang terbesar (Polypodiales). Suku yang monofiletik ini merupakan suku dengan anggota jenis yang paling
banyak dibandingkan dengan suku-suku tumbuhan paku lainnya, dengan lebih dari
60 marga dan merangkum sekitar 1000 jenis. Sejumlah suku yang biasanya
dipisahkan sekarang digabungkan ke dalam suku ini, seperti Drynariaceae,
Grammitidaceae, Gymnogrammitidaceae, Loxogrammaceae, Platyceriaceae, dan
Pleurisoriopsidaceae.
a. Habitat
Habitat Polypodium sp. adalah epifit di tanah. Rimpang yang
menjala di tanah. Atau batang pohon dan juga batu-batuan atau pada dinding yang
sudah tua. Biasanya terdapat pada daerah pegunungan hutan basah (lembab). di
daerah tropis dan sub tropis. Jenis ini sering terdapat di dekat sungai yang
ternaung, di tempat terbuka di hutan.
b. Habitus
Polypodium sp. merupakan Pterydophyta yang memiliki perawakan herba tapi
sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan agak keras.
c. Daun
Bangun daun pada Polypodium sp. yaitu linier bentuk ujungnya meruncing
dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk pisau membedah dan simetris. Ukuran
daunnya berupa isofil yakni mempunyai ukuran sama atau serupa, sektar kurang
lebih 75 cm. Biasanya tangkai daun langsing, 0,5-2 mm. Warna daunnya hijau
muda, tekstur daun pada Polypodium sp. berupa helaian, pada permukaan daunnya
halus mempunyai ramenta.
Daun Polypodium sp.
Daun Polypodium sp. memiliki urat daun menyirip, tulang
daunnya memiliki tipe makrofil, yakni tulang daunnya bercabang dari pangkal ke
ujung.
Daun pada Polypodium glycyrriza ini memiliki tipe sporofil,
karena terdapat spora yang digunakan sebagai reproduksi (perkembangbiakannya),
jadi fungsi daun disini tidak hanya digunakan sebagai fotosintesis atau biasa
disebut daun tropofil.
Daun Polypodium sp.sporofil)
Pada Polypodium sp. terdapat ental, yakni daun muda yang
masih meggulung dan tangkai ental disebut stipe, hal ini untuk membedakan dari
tangkai yang lainnya. Bagian pipih ental disebut lamina yang berbentuk
menyirip. Tiap anak daun dari daun yang menyirip disebut sirip dan porosnya
disebut rachis.
d. Batang
Batang paku-pakuan ini nampak dengan jelas berupa rimpang
(batang saling mengait), bentuk batangnya bulat beralur dan berusuk secara
longitudinal. Pada permukaan batangnya halus ramenta yakni terdapat
rambut-rambut atau sisik berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Ukuran batang
pada
Polypodium glycyrriza berkisar antara 2-5 mm. Pada batang muda
memiliki diameter berkisar 1,5-2 mm saja. Warna batangnya merah kecoklatan pada
batang yang masih muda. Tetapi pada batang dewasanya dapat berwarna merah
kecoklatan hingga kehitaman. Batangnya sudah memiliki berkas pengankut, tumbuh
tegak, rimpang (batang saling mengait).
e. Akar
Akar Polypodium glycyrriza ini memiliki sistem perakaran
serabut yang bercabang cabang secara dikotom. Karena spesies ini utmbuh di
tanah (epifit). Akar-akar manis s tapi berserat dan tipis. Rhizomes berisi
ostadin, sebuah senyawa steroid 3000 kali lebih manis dari pada sukrosa.
Pesisir penduduk asli menggunakan rhizomes sebagai pemanis dan untuk mengobati
penyakit tenggorokan.
f. Sori/ sorus
Polypodium sp.ini memiliki spora yang terletak di bagian ventral daun
teratur berjajar di tengah dekat urat daun.
Spora
pada daun Polypodium sp.
g. Siklus hidup
Dalam siklus hidup Pteridophyta juga terdapat pergantian
generasi. Perkembangbiakan Polypodium sp. sama dengan tumbuhan paku lainnya yaitu
dengan menggunakan spora. Individu yang menghasilkan gamet disebut gametofit
dan merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan membentuk
zigot yang merupakan permulaan dari keturunan (generasi) yang haploid. Kemudian
dari sini lalu terbentuk individu yang diploid dan diberi nama sporofit.
Sporofit merupakan individu yang menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi.
Jadi spora ini merupakan permulaan dasi generasi yang haploid. Dari spora ini
akan dapat terbentuk protalium (protalus) melalui perkecambahan dari spora.
Polypodium adalah genus dari 75-100 spesies yang benar pakis , yang secara luas
didistribusikan ke seluruh dunia, dengan keanekaragaman jenis tertinggi di daerah tropis.
Sori, ditanggung pada bagian belakang selebaran, adalah bulat dan
telanjang seperti dalam Polypodium sp. Mereka terestrial atau epifit pakis, dengan, merayap padat
berbulu atau bersisik rimpang bantalan daun pada interval sepanjang
panjangnya . Spesies berbeda dalam ukuran dan penampilan umum dan karakter
daun, yang selalu hijau, bertahan selama 1-2 tahun, menyirip atau pinnatifid
(jarang sederhana seluruh), dan 10-80 cm atau lebih lama. Deskripsi Rimpang:
merambat, bercabang, lilin putih, untuk diameter 5mm, sisik lanset, merah
coklat, sampai 16 mm. 30 cm tinggi 12 cm lebar, musim panas tidak aktif, daun
baru akhir musim panas, monomorfik, pisau / Stipe rasio: 2:1.
Blade: pinnatifid, daun kecil berbentuk segitiga, yang
lebih besar luas oval, kasar atau herba, berwarna hijau pucat atau kuning-hijau
di gundul terbuka, pertengahan hijau di tempat teduh, 9 sampai 18 pasangan,
alternatif, pinnae terpanjang segera atas dasar, margin bergerigi; vena gratis,
forking. Sori: oval ketika muda, putaran kemudian, diskrit, terlihat di
permukaan atas, tengah antara margin dan pelepah, di bagian atas pisau, indusium:
absen, sporangia: hijau awal, kemudian kuning; paraphyses ini, jatuh musim
dingin- musim semi.
Habitat Budaya: di atas batu
berkapur, mortared dinding, kadang-kadang epifit pada pohon. Pada sori atau kelompok spora kasus ( sporangia ) ditanggung di belakang daun
palem, mereka yang bulat dan telanjang, tidak ditutup dengan membran
(indusium).
Polypodies memiliki beberapa digunakan dalam jamu , tetapi hari ini yang paling
penting dalam hortikultura di mana beberapa spesies, hibrida,
dan mereka kultivar seperti 'Gelombang Hijau' Polypodium
biasanya digunakan sebagai tanaman hias untuk lokasi teduh. Polypodium
memiliki rasa pahit-manis dan termasuk di antara agak sedikit pakis yang
digunakan dalam memasak , dalam hal ini misalnya sebagai
rempah-rempah untuk nougat. Beberapa bentuk spesies hibrida dengan spesies lain dalam genus,
ini mungkin sering dibedakan dengan menjadi steril, dengan sangat kecil sori
"buta".
Habitat :
Di alam,
paku ini tumbuh ditempat terbuka dan kadang-kadang juga tumbuh di tempat
terlindung dari sinar matahari. Di dataran rendah yang tidak terlalu kering.
Tumbuhan paku ini hidup epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon).
Tumbuhan paku ini sangat mudah dijumpai di kawasan hutan. Tumbuhan yang
berkembang biak dengan spora ini dapat ditemui di berbagai macam habitat dan
substrat (media tumbuh) mulai dari hutan bakau sampai tajuk pohon-pohon tinggi.
Tumbuhan ini ada yang tumbuh di tanah (terestris), namun ada juga yang tumbuh
sebagai epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Berdasarkan
kemampuan tumbuh di lokasi dengan intensitas cahaya yang berbeda, tumbuhan paku
terbagi menjadi dua kelompok yaitu tumbuhan daerah terbuka dan tumbuhan daerah
ternaungi. Polypodium sp adalah beberapa contoh paku yang epifit di hutan yang
memiliki tajuk cukup rapat.
Sistem reproduksi :
Sporangium
: Tumbuhan paku ini bersifat homospora atau isospora (hanya menghasilkan satu
macam spora), terletak pada sorrus di bawah daun. Spora yang jatuh berkembang
menjadi prothalus yang mengandung organ kelamin jantan atau betina, sehingga dalam
fertilisasinya perlu air (lingkungan yang basah), agar sperma bersilia dapat
berenang menuju sel telur, karena itu tumbuhan paku banyak hidup di habitat
tempat yang lembab penyebaran spora ke tempat-tempat baru dengan bantuan angin
punya batang menempel pada pohon.
Gamet : generasi gametofit
merupakan protalium berupa talus hijau berbentuk jatung, tipis dengan
gametangia pada sisi bawah, hidup pada permukaan tanah. Terbagi atas anteridium
( gamet jantan ) dan arkegonium ( gamet betina). Paku ini termasuk homospora.
Siklus hidup :
Dalam
siklus hidup Polypodium juga terdapat pergantian generasi. Prkembangbiakan
Polypodium linnaeus sama dengan tumbuhan paku lainnya yaitu dengan menggunakan
spora. Individu yang menghasilkan gamet disebut gametofit dan merupakan
generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan membentuk zigot yang
merupakan permulaan dari keturunan (generasi) yang haploid. Kemudian dari sini
lalu terbentuk individu yang diploid dan diberi nama sporofit. Sporofit
merupakan individu yang menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Jadi
spora ini merupakan permulaan dasi generasi yang haploid. Dari spora ini akan
dapat terbentuk protalium (protalus) melalui perkecambahan dari spora।.
3.4.2. Adiantum sp.
A.
Deskripsi dan Ciri-Ciri
Tumbuhan paku
merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat
lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem
transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma,
ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan
silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
Suplir adalah
sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum,
famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan
bunga dalam daur hidupnya.
Adiantum
Sp hidup di tanah, hampir
semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku
bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang
pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap
berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat. Arah
batang ke atas kemudian melengkung ke arah samping. Ketinggian tanaman mencapai
15 – 80 cm bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangya halus, ukuraya
berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan monopodial.
Jenis daun pada Adiantum Sp
adalah majemuk, tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi
utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga
berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis. Adiantum sp termasuk paku
homospora atau menghasilkan satu jenis spora saja.
B.
Sruktur Tubuh Suplir
C.
Sporangium
Sporangium
adalah bentukan tempat pembentukan spora, adapun perbanyakan generatif dilakukan
dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah
dewasa. sporangium pada Adiantum Sp terletak dibawah permukaan daun (dipinggir)
teratur. Sorus (merupakan kluster-kluster atau kumpulan sporangium) berada di
sisi bawah daun pada bagian tepi letaknya tersebar atau teratur dimana dalam
satu daun terdapat 4-6 sorus. Warna sporangiumnya yang muda berwarna putih dan
yang tua berwarna coklat. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi
oleh indisium. Indisium yaitu membran penutup yang merupakan perkembangan dari
epidermis bawah daun. Pada daun Adiantum Sp bentuk indisiumnya memanjang.
Skema spora,
D.
Reproduksi
Tumbuhan paku
(paku suplir) bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang
menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun
yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel
kelamin jantan/spermatozoid (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin
betina/ovum (gametangium betina/arkegonium). Reproduksi tumbuhan paku juga
menunjukkan adanya pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan generasi
sporafit (metagenesis). Pada tumbuhan paku (suplir) generasi sporafit merupakan
generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
Generasi gametofit dihasilkan oleh
reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk
spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit yang
terletak di daun atau batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan
oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus
dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n). Arkegonium menghasilkan
satu ovum haploid dan anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagel
yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada
arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh
spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah
dan tumbuh menjadi embrio (2n) dan embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid
(2n).
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan
berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril)
di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang
lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel
akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan
fleom).
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang
termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan
paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya.
Adiantum Sp hidup di tanah, hampir semua paku-pakuan adalah
herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum Sp
akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna
coklat. Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah
tumbuhnya menjalau atau memanjat, bentuk batangnya bulat panjang, permukaan
batangya halus, ukuraya berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan
monopodial.
Jenis daun pada Adiantum Sp adalah majemuk, tulang daunnya menyirip
atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk
fotosintesis.
Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif)
dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang
daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif)
melalui pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid (gametangium
jantan/anteridium) dan sel kelamin betina/ovum (gametangium betina/arkegonium)
SPORANGIUM
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis
paku-pakuan lain. daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat.
Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora.
terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Tangkai entalnya
khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa.
Sebagaimana paku-pakuan lain.
Daun paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang bebeda
dengan daun tumbuh-tumbuhan lain sehingga biasa disebut ental. Ental pada Adiantum Sp bergulung
melingkar, dimana pinula (anak daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip)
bergerigi, bentuk bangun memanjang, bentuk ujungnya tumpul dan tepinya
bergerigi.
Pada beberapa paku-pakuan Adiantum Sp selain ciri-ciri umum
juga mempunyai cirri-ciri khusus, antara lain:
a.
Terdapat vernasi bergelung
b.
Tidak ada dimorfisme
c.
Tidak ada daun tereduksi
d.
Tidak ada daun sarang
e.
Tidak ada ligula
f.
Tidak ada daun daun penumpu (stipula)
Sporangium adalah bentukan tempat pembentukan spora,
adapun perbanyakan generatif dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi
bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. sporangium pada Adiantum Sp
terletak dibawah permukaan daun (dipinggir) teratur. Sorus berada dibawah
permukaan daun letaknya tersebar atau teratur dimana dalam satu daun terdapat
4-6 sorus. Warna sporangiumnya yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna
coklat. Indisium yaitu membran penutup yang merupakan perkembangan dari epidermis
bawah daun. Pada daun Adiantum Sp bentuk indisiumnya memanjang.
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa.
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis
paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat.
Sorus merupakan kluster-kluster di sisi
bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap,
kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun
tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam
(bahasa Jawa mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate
vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari
rizoma.
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting.
Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang
atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya.
Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus
memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki
hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya
adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan
memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru
akan muncul.
3.5. Manfaat
Polypodium sp.
Polypodium sp. tumbuhan paku ini dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman hias, dan dapat juga dkonsumsi debagai sayuran
pada zaman dahulu tanaman ini djadikan sebagai bahan makan oleh masyarakat yang
bertemapat tinggal di daerah pegunungan. Bukan hanya itu saja tumbuhan paku ini
juga dapat di jadikan sebagai obat penyembuh sakit kepala yaitu dengan
merebusnya dengan air yang mendidih, dan juga bisa juga diseduh dengan air
hangat tapi tumbuhan pakunya harus dkeringkan terlebih dahuli.Polypodium linnaeus
ini mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan kita, salah satunya sebagai
bioindikator pencemaran, selain itu berfungsi sebagai antioksidan. Berdasarkan
jurnal dari Muchtaridi (2009) yang telah dilakukan pengujian aktivitas
antioksidan senyawa proantosianidin dari akar Polypodium linnaeus dan
interaksinya dengan tokoferol secara in vitro diketahui mengandung
proantosianidin yang belum dimanfaatkan secara umum sebagai antioksidan.
Dalam penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Bahorun et al.(1993)
Menurutnya, proantosianidin dari Crataegus monogyna telah diketahui menghambat
malondealdehida3. Kekuatan aktivitas antioksidan senyawa-senyawa sianidin
termasuk proantosianidin sangat berhubungan erat dengan struktur senyawa
tersebut.Umumnya, penangkapan radikal bebas atau aktivitas antioksidan
tergantung pada posisi dan jumlah gugus hidoksil (-OH) aromatik yang merupakan
penyumbang proton. Semakin banyak jumlah gugus aromatik-OH pada posisi yang
aktif mendonasi proton, maka makin kuat aktivitasnya5 (Cai-Yizhong et al.,
2003). Senyawa proantosianidin dari Polypodium sp.memilki gugus
aromatik-OH yang banyak dan berada pada posisi yang memungkinkan untuk donasi
proton pada radikal bebas.
Dalam
kehidupan sehari-hari Polypodium sp. Digunakan sebagai tanaman hias,
karena bentuk daunnya yang unik. Tumbuhan ini sering ditempatkan di beranda
rumah atau ruangan yang masih memungkinkan cahaya matahari masuk, atau
ditempatkan khusus pada taman-taman yang dinaungi atap plastik warna, sehingga
tidak mendapat penyinaran matahari secara langsung. Bentuk daunnya yang indah,
tangkai berwarna merah kecoklatan mengkilat dengan rumpun yang jarang,
batangnya pendek dan tertanam di tanah.
Akar-akarnya
yang manis tapi berserat dan tipis dan hampir tidak termakan, akar umumnya
sangat menyenangkan karena oleh banyak penduduk asli suku Indian Amerika Utara
sering digunakan sebagai appetiser, terutama untuk anak-anak yang tidak mau
makan. Spesies ini juga digunakan sebagai bahan makanan, hanya digunakan ketika
ada kekurangan makanan
Beberapa
penduduk asli suku Indian Amerika Utara yang menggunakannya terutama sebagai
pengobatan untuk berbagai keluhan dada (sakit dada, sesak napas dan VD),
pengobatan batuk dan pilek, Hal ini digunakan dalam herbalism modern.
Rhizomes menyebabkan pergantian, karminatif, haemostatic dan
pektoral. Akar yang di kunyah dapat digunakan sebagai pengobatan untuk
sakit tenggorokan. Dapat juga digunakan sebagai teh dengan merebus tumbukan
akar, dicampur dengan cemara jarum, dapat digunakan untuk mengobati campak.
Batuk telah diobati dengan mengunyah dan menelan perlahan panggang dari
rimpangnya.
3.5.2. Adiantum sp
Tanaman ini tidak memliliki nilai ekonomi penting.
Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam
ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan
organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya.
Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Pemeliharaan
suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang
dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang
kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental
yang kering hingga dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan.
Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul. Tanaman ini tidak memliliki
nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang
bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang
gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih
tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Pengamatan mengenai pendiskripsian
tumbuhan paku yang berada di hutan cuban talun, dapat disimpulkan bahwa
tumbuhan paku yang ada disa adalah beraneka ragam, akan tetapi yang paling
banyak ditemukan adalah dari pteridophyta,
salah satunya adalah Adiantum sp. dan polypodium sp.dan masih
banyak jenis-jenis yang lain.
Tumbuhan paku
merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat
lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem
transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma,
ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan
silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
Suplir adalah
sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum,
famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan
bunga dalam daur hidupnya.
Adiantum
Sp hidup di tanah, hampir
semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku
bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang
pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang paku-pakuan kerap
berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat. Arah
batang ke atas kemudian melengkung ke arah samping. Ketinggian tanaman mencapai
15 – 80 cm bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangya halus, ukuraya
berdiameter 1 mm, warna coklat dan percabangan monopodial.
Pada beberapa
paku-pakuan Adiantum
Sp selain ciri-ciri umum juga mempunyai cirri-ciri khusus, antara
lain:
a.
Terdapat vernasi bergelung
b.
Tidak ada dimorfisme
c.
Tidak ada daun tereduksi
d.
Tidak ada daun sarang
e.
Tidak ada ligula
f.
Tidak ada daun daun penumpu (stipula)
Jenis daun pada Adiantum Sp adalah majemuk, tulang daunnya menyirip
atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk
fotosintesis. Ental pada Adiantum Sp bergulung melingkar, dimana pinula (anak
daun) terdapat sorus dan pinna (menyirip) bergerigi, bentuk bangun memanjang,
bentuk ujungnya tumpul dan tepinya bergerigi.
Polypodium sp. Habitat Polypodium sp. adalah epifit di tanah. Rimpang yang
menjala di tanah. Atau batang pohon dan juga batu-batuan atau pada dinding yang
sudah tua. Biasanya terdapat pada daerah pegunungan hutan basah (lembab). di
daerah tropis dan sub tropis. Jenis ini sering terdapat di dekat sungai yang
ternaung, di tempat terbuka di hutan. Polypodium sp. merupakan Pterydophyta yang memiliki
perawakan herba tapi sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan agak
keras.
Bangun daun pada Polypodium sp. yaitu linier bentuk ujungnya meruncing
dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk pisau membedah dan simetris. Ukuran
daunnya berupa isofil yakni mempunyai ukuran sama atau serupa, sektar kurang
lebih 75 cm. Biasanya tangkai daun langsing, 0,5-2 mm. Warna daunnya hijau
muda, tekstur daun pada Polypodium sp. berupa helaian, pada permukaan daunnya
halus mempunyai ramenta. Daun Polypodium sp.
memiliki urat daun menyirip, tulang daunnya memiliki tipe makrofil, yakni
tulang daunnya bercabang dari pangkal ke ujung.
Daun pada Polypodium sp. ini memiliki tipe sporofil, karena
terdapat spora yang digunakan sebagai reproduksi (perkembangbiakannya), jadi
fungsi daun disini tidak hanya digunakan sebagai fotosintesis atau biasa
disebut daun tropofil. Pada Polypodium sp. terdapat ental, yakni daun muda yang
masih meggulung dan tangkai ental disebut stipe, hal ini untuk membedakan dari
tangkai yang lainnya. Bagian pipih ental disebut lamina yang berbentuk
menyirip. Tiap anak daun dari daun yang menyirip disebut sirip dan porosnya
disebut rachis.
Batang paku-pakuan ini nampak dengan jelas berupa rimpang
(batang saling mengait), bentuk batangnya bulat beralur dan berusuk secara
longitudinal. Pada permukaan batangnya halus ramenta yakni terdapat
rambut-rambut atau sisik berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Ukuran batang
pada
Polypodium sp. berkisar antara 2-5 mm. Pada batang muda memiliki
diameter berkisar 1,5-2 mm saja. Warna batangnya merah kecoklatan pada batang
yang masih muda. Tetapi pada batang dewasanya dapat berwarna merah kecoklatan
hingga kehitaman. Batangnya sudah memiliki berkas pengankut, tumbuh tegak,
rimpang (batang saling mengait).
Akar Polypodium sp. ini memiliki sistem perakaran serabut
yang bercabang cabang secara dikotom. Karena spesies ini utmbuh di tanah
(epifit). Akar-akar manis s tapi berserat dan tipis. Rhizomes berisi ostadin,
sebuah senyawa steroid 3000 kali lebih manis dari pada sukrosa. Pesisir
penduduk asli menggunakan rhizomes sebagai pemanis dan untuk mengobati penyakit
tenggorokan. Polypodium
sp.ini memiliki spora yang terletak di bagian ventral daun teratur
berjajar di tengah dekat urat daun.
Dalam siklus hidup Pteridophyta juga terdapat pergantian
generasi. Perkembangbiakan Polypodium sp. sama dengan tumbuhan paku lainnya yaitu
dengan menggunakan spora. Individu yang menghasilkan gamet disebut gametofit
dan merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan membentuk
zigot yang merupakan permulaan dari keturunan (generasi) yang haploid. Kemudian
dari sini lalu terbentuk individu yang diploid dan diberi nama sporofit.
Sporofit merupakan individu yang menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi.
Jadi spora ini merupakan permulaan dasi generasi yang haploid. Dari spora ini
akan dapat terbentuk protalium (protalus) melalui perkecambahan dari spora.
DAFTAR PUSTAKA
Hackle. 1999. Tumbuhan Paku. Bandung: CV.
Duta Permana.
Pollunin, Nicholas. 1994. Pengantar
Geografi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Rifai, M.A. 2003. Kamus Biologi. Balai
Pustaka. Jakarta
Sulisetjono.2011. Taksonomi Tumbuhan Tinggi.Malang: jurusan biologi
Tjitrosoepomo, Gembong.2010.
Taksonomi Tumbuhan (spermatophyta).
Yogyakarta : UGM Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar